Senin, 18 Oktober 2010

Tugas Mandiri Mayumi Mamuaja

BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang Masalah
Dalam beberapa dasawarsa terakhir, urgensi peralatan bongkar muat dalam keterkaitannya dengan isu transportasi (trimoda) khusus moda transportasi laut, telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, hal ini berkaitan erat dengan lalu lintas perdagangan yang kebetulan secara operasional memanfaatkan moda transportasi laut. Disamping itu, diikuti oleh kecenderungan peningkatan biaya yang harus dikeluarkan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat secara global yang sangat menggantungkan diri pada isu ini, tentu saja, dengannya orang semakin merindukan kehadiran system peralatan bongkar muat yang lebih efisien dn efektif dari yang sebelumnya.
Proporsi produktivitas alat bongkar muat di pelabuhan konvensional jika dibandingkan dengan produktivitas alat bongkar muat Gantry Crane pelabuhan terminal peti kemas, lebih efisien dan lebih efektif di pelabuhan peti kemas karena peti kemas yang berukuran 20 (dua puluh) feet dan 40 (empat puluh) feet yang berukuran standar ISO Internasional yang dapat memuat barang satu jenis atau lebih ke dalam container di terminal handling container dan untuk mengangkut container ke atas chasis (trailer) yang dibawa oleh head truck memanfaatkan alat bongkar muat disebut transtainer di CY (Container Yard) yang pengerjaannya berada pada pundak divisi-divisi tertentu.
Instrument bongkar muat memegang peranan penting bagi kelancaran arus barang masuk (import) yang memakai container yang sesuai standar menurut ketentuan internasional dan arus barang keluar (export) yang memakai container yang sesuai standar menurut ketentuan internasional. Dari sisi dermaga ke gudang lini satu dan ke gudang lini dua untuk mengembalikan container yang digunakan atau untuk mengambil container yang akan digunakan, di container freight station (CFS) memakai alat forklift untuk melakukan kegiatan lift off (menurunkan) muatan dari dalam container atau melakukan lift on (menaikkan) ke dalam container yang ukurannya sesuai standar, yang kemudian diantar oleh trailer (head truck dan chasis) ke depo Tempuran Emas container atau ke gudang lini satu atau lini dua untuk mengembalikan container yang digunakan. Dalam melakukan lift off atau  lift on ke tempat penumpukan container memakai alat angkat yang disebut disebut top loader yang kapasitas daya angkutnya 35 - 40 ton, dan dapat mengangkat container ukuran 20 feet maupun 40 feet.
Maka berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam dan mengemukakan dalam bentuk skripsi dengan judul : “ANALISIS KEGIATAN BONGKAR MUAT PETI KEMAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENANGANAN ARUS PETI KEMAS PADA KAPAL – KAPAL MILIK PT. TEMPURAN EMAS Tbk. TAHUN  2007-2009 DI PELABUHAN BITUNG”.



B.       Perumusan Masalah
1.    Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengidentifikasikan masalah pada :
a.       Masalah-masalah bongkar muat peti kemas
b.      Fasilitas-fasilitas yang harus memadai
c.       Peralatan-peralatan yang harus siap beroperasi
d.      Personil atau Sumber Daya Manusia (SDM)
2.    Batasan Masalah
Karena banyaknya permasalahan yang sedang dihadapi PT. Tempuran Emas Tbk di terminal peti kemas pelabuhan Bitung,   maka penulis membatasi pembahasan hanya permasalahan yang sedang dihadapi oleh terminal peti kemas di pelabuhan Bitung, Sulawesi Utara.
3.    Pokok Permasalahan
Dari latar belakang masalah dan perumusan masalah diatas penulis dapat mengemukakan pokok masalah sebagai berikut :
a.       Bagaimana kegiatan bongkar muat (B/M) pada PT. Tempuran Emas Tbk.
b.      Bagaimana penanganan arus peti kemas pada kapal yang milik PT. Tempuran Emas Tbk.
c.       Apakah terdapat hubungan antara kegiatan bongkar muat (B/M) dengan penanganan arus peti kemas pada kapal milik PT. Tempuran Emas Tbk.



C.       Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang penulis laksanakan dalam menyusun skripsi ini antara lain adalah :
a.       Untuk mengetahui kegiatan bongkar muat (B/M) peti kemas tersebut.
b.      Untuk mengetahui penanganan arus peti kemas pada PT. Tempuran Emas Tbk, sejak tahun 2007 - 2009
c.       Untuk mengetahui hubungan antara kegiatan bongkar muat dengan penanganan arus peti kemas.
2.    Manfaat penelitian
Sebagai bahan penyusunan skripsi guna memenuhi persyaratan formal ujian strata satu (S1) Manajemen Transport Trisakti antara lain :
a.      Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan serta pengetahuan tentang ilmu kegiatan bongkar muat (B/M) tersebut didalam peningkatan penanganan arus peti kemas pada kapal-kapal milik PT. Tempuran Emas Tbk sebagai persyaratan ujian untuk menempuh strata satu (S1). Selanjutnya informasi tersebut dapat di jadikan sebagai dasar referensi dan bahan perbandingan untuk penelitian lanjutan yang mendalam dibidang yang relevan dengan tulisan ini.
b.      Bagi Perusahaan
Di harapkan melalui penelitian ini dapat memberikan masukan-masukan kepada pimpinan pihak perusahaan tersebut. Dan sebagai sumbangan pemikiran pada perusahaan PT. Tempuran Emas Tbk untuk menentukan kebijaksanaan yang akan datang serta perusahaan dapat melihat kelemahan dari penanganan arus peti kemas pada kapal milik maupun yang diageninya didalam kegiatan bongkar muat (B/M) pada masa sekarang maupun dimasa yang akan datang.
c.       Bagi STMT Trisakti dan Masyarakat
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dan acuan serta studi terhadap bentuk penelitian serupa didalam penyusunan skripsi.














BAB II
KAJIAN TEORITIS

A.       Pengertian dan Peranan Manajemen Operasi
Manajemen operasi adalah aktivitas yang berkaitan erat dengan produksi, yaitu kegiatan yang berawal dengan masukan atau input yang diproses atau melalui tahap konversi sehingga menghasilkan output yang disebut produk baik berupa barang ataupun jasa. Manajemen operasi sangat penting dalam pencapaian tujuan perusahaan yaitu profit dan keberlangsungan usaha, maksudnya dalam kegiatan pemrosesan input menjadi output.
Menurut Dessler (1994) manajemen operasi adalah rangkaian proses pengelolaan keseluruhan sumber daya perusahaan yang dibutuhkan dalam menghasilkan barang atau jasa yang akan ditawarkan kepada konsumen.
Operations Management is the process of managing the resources that are needed to produce organization's goods and services.
Peranan Manajemen Operasi sangat diperlukan untuk dapat mewujudkan keuntungan perusahaan, salah satunya adalah dengan peningkatan aktivitas operasi yang efisien. Apabila perusahaan melalui kegiatan operasi yang efisien dapat meningkatkan keuntungan, tentunya hal ini berpengaruh baik bagi keberlangsungan usahanya.



B.       Kegiatan Bongkar Muat
Menurut PT. Persero Cabang Tanjung Priok (2000:3) kegiatan bongkar muat adalah setiap kegiatan pembongkaran dan pemuatan barang atau hewan dari kapal ke kapal yang terdiri dari kegiatan stevedoring, cargodoring, receiving atau delivery, packaging atau repackaging dan palleting termasuk kegiatan pelayanan jasa alat mekanik yang dilakukan oleh perusahaan bongkar muat dan terminal operator.
Menurut Drs. Dirk Koleangan (2003) kegiatan bongkar muat adalah kegiatan memindahkan barang-barang dari alat angkut darat ke kapal dengan alat angkut darat dan untuk melaksanakan kegiatan pemindahan muatan tersebut dibutuhkan tersedianya fasilitas atau peralatan yang memadai dalam suatu tata cara prosedur pelayanan.
Faktor-faktor kecepatan bongkar muat suatu terminal antara lain :
1)      Spesifikasi alat
2)      Perencanaan atau sistem bongkar muat
3)      Lay out dermaga
4)      Jarak dermaga ke lapangan (yard)
5)      Personil atau sumber daya manusia

1.    Penanganan Arus Peti Kemas
a.      Pengertian Bongkar
Seluruh jenis barang yang dapat diturunkan dari kapal dan akan ditempatkan dari suatu tempat ke tempat lain dan hampir seluruh jenis barang yang diperlukan untuk dikirim ke tempat kepemilikannya sesuai dengan tujuannya masing-masing.
b.      Pengertian Muat
Seluruh jenis barang yang dapat dinaikkan ke kapal dan diangkut dari suatu tempat ke tempat lain dan hampir seluruh jenis barang yang diperlukan oleh manusia dapat diangkut dengan kapal apakah berupa barang atau bersifat bahan baku atau merupakan hasil atau produksi dari suatu proses pengolahan. Dalam hal ini jenis barang-barang jadi hasil proses pengolahan yang menghasilkan jenis yang semakin banyak dan berbeda dari tahun ke tahun. Sebagian besar kapal-kapal pengangkut sampai saat ditemukannya peti kemas pada era 1960, masih didominasi oleh kapal-kapal pengangkut muatan yang berbagai jenis disebut general cargo atau sering pula disebut break bulk cargo yang bersifat heterogen. Banyaknya kejadi ditemukan sebagai akibat bercampurnya penumpukan muatan didalam satu palka sehingga muatan yang satu mencemari muatan yang lain dan dampaknya dapat berakibat fatal dan bahkan mengancam nyawa manusia.

Menurut Drs. Arwinas Dirgahayu (1999:35) pengetahuan untuk mengenal muatan tidak saja diperlukan oleh petugas di pelabuhan maupun diatas kapal, namun seyogyanya dapat dimasyarakatkan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

2.      Tujuan dan Sasaran Pokok Kegiatan Bongkar Muat (B/M) menurut Capt. Hananto (1999)
1.      Melaksanakan bongkar/muat secepatnya.
2.      Menghindari resiko kerusakan terhadap barang, peralatan dan kecelakaan serendah mungkin.
3.      Melaksanakan seluruh perencanaan bongkar muat (B/M) sebagaimana tertera pada stowage-plan.
4.      Menghasilkan stabilitas kapal yang aman.
5.      Menghindari terjadinya Long Hatches, Over Hatches dan Long Distance. 
3.        Peralatan Yang Digunakan Dalam Kegiatan Bongkar Muat Peti Kemas
Dalam kegiatan bongkar muat peti kemas, di dermaga peti kemas haruslah dilengkapi dengan alat-alat bongkar muat mekanis yang canggih. Menurut Subadi (1992:73) adalah sebagai berikut :
a.       Straddle Carrier
Alat ini biasanya disebut straddle truck, merupakan alat bongkar muat mekanis didermaga yang disesuaikan untuk menangani peti kemas. Semula alat ini dipergunakan untuk mengangkat muatan yang berukuran panjang (long length) seperti kayu-kayu. Straddle Carrier ini dapat mengangkut peti kemas lebih dari satu dan digunakan didermaga untuk memindahkan muatan dari railcar ke chassis truck dan sebaliknya dan dapat pula memuat, membongkar serta menyusun peti kemas hingga 4 (empat) susun.
b.      Forklift
Jenis forklift ada bermacam-macam, forklift yang besar dapat dipergunakan untuk mengangkut peti kemas dari lambung kapal ke chassis/trailer, sedangkan forklift kecil dapat digunakan untuk menyusun muatan atau membongkar peti kemas (stuffing/stripping).
c.       Shore Crane
Shore Crane lazim disebut juga Quayside Crane, Portainer, Transtainer atau juga Shore Gantry Spreader. Shore Crane adalah alat mekanis untuk memuat barang dari kapal dan sebaliknya. Alat ini dapat berjalan disepanjang dermaga karena berdiri di atas kaki yang beroda, diatas rel dengan ban.
d.      Floating Crane
Floating Crane (kran/derek ngambang) juga merupakan alat untuk mengangkut muatan tetapi alat ini berjalan diatas air. Pada saat ship gantry tidak mampu mengangkut muatan berat, maka bersama-sama dengan floating crane muatan tersebut dengan mudah dapat diangkat.
e.       Side lift Truck
Nama lain dari alat tersebut adalah side loader merupakan truck yang dibuat secara khusus untuk mengangkut peti kemas (bersusun dua sampai tiga peti kemas) yang berukuran 20 (dua puluh) sampai 40 (empat puluh) kaki. Alat ini dilengkapi dengan lift (alat pengangkat) yang letaknya disamping (side lift). Kadang-kadang liftnya terletak dimuka dan ini disebut front lift truck. Side truck ini sangat luwes untuk memindahkan muatan-muatan berupa peti kemas di mashalling area untuk menghindari kongesti.
f.        Yard Transfer Unit
Alat ini berbentuk tractor dan digunakan sebagai pelengkap dari forklift untuk memindahkan muatan ke dan dari pinggiran dermaga. Alat ini juga dapat mengangkut peti kemas langsung ke lambung kapal untuk selanjutnya dimuat ke kapal dengan kran.
g.       Chassis
Alat ini digunakan untuk mengangkut peti kemas dan jenisnya bermacam-macam pula. Chassis dilengkapi dengan adapter untuk mengunci kelengkapan sudut peti kemas (corner fittings of the container). Chassis ada yang mempunyai poros tunggal (single axled) dan ada pula yang berporos ganda (twin axled). Ukuran panjangnya beraneka ragam, yang normal biasanya 20 dan 40 kaki.

C.     Penanganan Arus Peti Kemas
1.   Pengertian Penanganan Arus Peti Kemas
Penanganan arus peti kemas sangatlah penting, hal ini dikarenakan apabila peti kemas tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan kerusakan pada peti kemas tersebut dan juga barang yang berada didalam peti kemas, sehingga dalam melakukan penanganan tersebut harus memperhatikan beberapa hal.
Menurut R.P Suyono (2001:68) dalam menangani peti kemas dilapangan atau depo, hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
1.      Tempat penumpukan harus keras
2.      Cara menumpuk (stacking) yang baik, yaitu :
a.       Peti kemas 20’’ tidak boleh ditindih oleh peti kemas 40’
b.      Tidak boleh meletakkan silang antara satu dan lainnya
c.       Antar sudut peti kemas di atas dan di bawah harus saling beradu.
d.      Peralatan untuk menangani (handling) peti kemas harus siap.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penanganan peti kemas dalam pemuatan dan pembongkaran adalah :
1.      Peralatan yang harus dipersiapkan, misalnya crane, spreader, dan trailer
2.      Posisi peti kemas yang disesuaikan dengan bay plan dari planner.
3.      Posisi kapal dalam pemuatan harus tetap tegak dan even-veel untuk memudahkan peti kemas masuk ke dalam cell guider.
4.       Selesai pemuatan usahakan agar semua peti kemas telah di lashing dan di pasang bridge kitting, yaitu penguat dari barisan peti kemas paling atas.



2.   Pengertian Peti Kemas
Menurut Amir M.S (1979:6) peti kemas adalah peti yang terbuat dari logam yang memuat barang-barang yang lazim disebut muatan umum (general cargo) yang akan dikirimkan melalui laut. Berbeda dengan cara pengangkutan dengan kapal konvensional maka sejak pemuatan sampai kepada pembongkaran (bahkan sampai ke tempat yang dituju) barang-barang yang akan dikirim dengan peti kemas tidak dijamah orang, karena dengan peti itu dimuat ke atas kapal dan bersama peti itu pula barang dibongkar dari dalam kapal dan diturunkan ke darat.
Menurut F.D.C. Sudjatmiko (2007:173) peti kemas secara umum digambarkan sebagai gudang yang dapat dipindahkan (remove ware house) yang digunakan untuk mengangkut barang, merupakan perangkat pergudangan dan sekaligus juga merupakan komponen dari pada sistem pengangkutan.

3.      ISO Container
ISO (International Standar Organization) didalam menstandarisasikan container, bahwa container muatan sebagai bagian alat transport harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1.      Sifatnya cukup kuat untuk digunakan berulang kali.
2.      Dirancang secara khusus sebagai fasilitas untuk membawa barang dengan moda-moda transport yang ada.
3.      Dipasang alat-alat yang memungkinkan sewaktu-waktu digunakan untuk menanganinya dari satu alat transport ke alat transport lainnya.
4.      Mempunyai isi ruangan dalam (internal volume) sekurang-kurangnya 1m3.

4.        Operator Terminal
Operator terminal berperan diantara pelayaran sebagai operator kapal dan memiliki barang sebagai pengirim atau penerima barang, dengan tugas melaksanakan bongkar muat dengan prinsip sama dengan PBM, kecuali dalm hal pertanggungjawaban terhadap barang selama masih dalam penguasaannya. Tanggung jawab tersebut dimulai sejak barang ditangani sampai diserahkan kepada yang berhak menerima, atau sebaliknya sampai barang berada dalam palka kapal, dan untuk lebih jelasnya mengenai tanggung jawab ini akan dibahas dalam bab tersendiri.
Untuk memberikan pengertian yang lebih jelas tentang operator terminal dan sebagai perbandingan, berikut ini dikutipkan pengertian dan lingkup kegiatan operator menurut United Nations Convention On The Liability Of Operator Of Transport Terminal In International Trade (1991), untuk selanjutnya disingkat dengan Liability Convention (1991), sebagai berikut :
Operator suatu transport terminal, untuk selanjutnya disebut operator adalah seseorang (badan hukum) yang dalam melaksanakan usahanya, menangani dibawah penguasaannya barang-barang yang berada dalam pengangkutan internasional dengan maksud untuk melakukan dan memberikan layanan kegiatan yang terkait dengan transport (transport related services) terhadap barang-barang dalam suatu area dibawah penguasaannya atau di area tersebut yang bersangkutan mempunyai suatu wewenang untuk masuk atau memakainya. Namun demikian seseorang tidak dianggap sebagai operator bilamana dia bertindak sebagai seorang pengangkut berdasarkan aturan dan hukum yang berlaku yang mengatur tentang pengangkutan.


5.        Kerangka Berpikir Penulis
1.    Variabel X, kegiatan bongkar muat dapat diindikasikan dengan melihat nilai dari beberapa unsur, yaitu :
a.    Fasilitas yang memadai
b.    Tepat waktu
c.    Keahlian dan keterampilan pegawai
d.    Kesiapan alat bongkar muat (B/M)
e.    Sistem bongkar muat (B/M) peti kemas
f.      Prosedur penanganan bongkar muat (B/M)
g.    Informasi yang efektif dan efisien
h.    Sikap ramah dan mengerti kebutuhan konsumen
i.      Kerjasama yang baik dengan konsumen

2.    Variabel Y, kegiatan penanganan arus peti kemas (variabel Y) dapat di indikasikan dengan melihat beberapa unsure, yaitu :
a.       Prosedur yang efektif dan efisien
b.      Sistem dan mekanisme penanganan arus peti kemas
c.       Informasi yang diberikan harus akurat dan tepat
d.      Kelengkapan dokumen mutlak diperlukan
e.       Pelaksanaan penanganan arus peti kemas pada kapal harus tepat waktu
f.        Kesiapan alat dan tenaga kerja
g.       Keahlian dan keterampilan karyawan
h.       Penanganan arus peti kemas harus diteliti dan dicermati
i.         Kerjasama yang baik
j.        Pelaksanaan dilapangan lebih efektif dan efisien


















BAB III
METODE PENELITIAN

Untuk mencapai tujuan penelitian serta menguji hipotesis pada penelitian ini diperlukan suatu metode ilmiah, yaitu jalan yang harus diambil agar tulisan penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dimana metode ilmiah tersebut meliputi :
1.    Jenis  dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah jenis data gabungan, yaitu jenis data yang merupakan perpaduan antara jenis kualitatif dalam bentuk kuesioner dan dari data kuantitatif sebagai visualisasi dari data kualitatif. Untuk sumber data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang menggunakan kuesinoner atau angket yang penulis ambil dari responden dan data sekunder dengan melakukan penelitian keperpustakaan untuk menunjang rangka teoritis, pembahasan dan analisis.
2.    Populasi dan Sampel
Populasi merupakan jumlah obyek secara keseluruhan atau generalisasi dari obyek atau subyek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh si peneliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulannya. Adapun populasi data dalam penelitian ini adalah 100 karyawan PT. Tempuran Emas Tbk. 
Sampel adalah bagian dari populasi atau bagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Adapun sampel yang diambil adalah sebanyak 30 orang. Cara pengambilan sampel menggunakn metode acak sederhana, yaitu penarikan sampel dimana pemilihan elemen-elemen populasinya dilakukan sedemikian rupa sehingga setiap elemen mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih.

3.    Metode Pengumpulan Data
a.    Riset Lapangan (Field Research)
Adalah memperoleh data dengan cara mengadakan penelitian langsung ke perusahaan yang terkait :
1)        Wawancara
Dengan melakukan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner.
2)        Angket dan Kuesioner
Dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden hingga dapat terkumpul data yang diperlukan. Dengan melalui kuesioner inilah responden bisa mengisi keterangan-keterangan yang dimiliki dan diketahui serta dialami oleh responden.
b.    Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian riset kepustakaan ini ditujukan mencari landasan teori yang berhubungan dengan penyusunan skripsi dengan membaca buku-buku referensi dan bahan-bahan kuliah yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas. Metode ini dimaksudkan untuk memperoleh pengertian secara teoritis sebagai bahan yang mendasari pengumpulan data dilapangan serta analisis yang dilakukan.
4.    Metode Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan dengan beberapa cara atau langkah antara lain:
a.       Memperhatikan satu persatu kuesioner yang telah diisi oleh responden untuk dihitung frekuensi dan presentase dari setiap jawaban pertanyaan.
b.      Memberi skor atau nilai terhadap kuesioner yang disebarkan pada responden dengan memakai skala likert.
Menurut Sugiono (2007 : 86) Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indicator variabel yang dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan.
Setiap kuesinoner yang disebarkan diberi penilaian skor atau bobot sebagai berikut :
Table I.1
PEMBOBOTAN berasas SKALA LIKERT
Alternatif Jawaban
Singkatan
Bobot
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-Ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
(SS)
(S)
(RG)
(TS)
(STS)
5
4
3
2
1
Sumber : Sugiono (Metodologi Penelitian 2007 : 87)
Oleh karena dalam penelitian ini data merupakan data interval, maka digunakan metode statistik antara lain : Regresi Linear, Koefisien Korelasi, Koefisien Penentu, dan Uji Hipotesis.

1)        Analisis Regresi
Yaitu pencarian bentuk persamaan keterkaitan antara kedua variable yang hubungan liniearnya dapat ditanyakan dengan rumus yang ditulis oleh Iqbal Hasan (2006 : 64) yaitu :
 


      

 



dimana :
X : Variabel Bebas (Kegiatan Bongkar Muat Peti Kemas)
Y : Variabel Terikat (Penanganan Arus Peti Kemas)
a : Bilangan Tetap
b : Koefisien Regresi (slop)
n : Jumlah Observasi
2)        Koefisien Korelasi Pearson ( r )
Koefisien korelasi atau r dalam persamaan ini merupakan tolok ukur untuk menilai kedekatan hubungan antara kegiatan bongkar muat peti kemas (X) dan variabel  penanganan arus peti kemas ke kapal (Y). Nilai r berada diantara -1 sampai dengan +1 ditulis dalam Iqbal Hasan (2006 : 61).
 



 
   
    
r : Koefisien Korelasi pearson
a.     Jika r = 0 maka tidak ada hubungan X dan Y.
b.    Jika r = +1 maka ada hubungan antara X dan Y sangat positif dan kuat.
c.    Jika r = -1 maka ada hubungan antara X dan Y sangat kuat, tapi negatif

Tabel I.2
Pedoman untuk memberikan interprestasi koefisien korelasi
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,000
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
Sumber : Sugiono (Metodologi Penelitian 2007 : 183)



3)    Analisis Koefisien Penentu (Kp)
       Menurut Iqbal Hasan (2006 : 63) rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
            Rumus : Kp = r2 x 100%
       Fungsi dari koefisien penentu adalah
a.     Menentukan kelayakan penelitian menggunakan model linier
1.      Jika mendekati 1 maka layak digunakan
2.      Jika mendekati 0 maka tidak layak digunakan
b.         Menentukan peranan variabel independen atau kegiatan bongkar muat mempengaruhi dependen atau penanganan arus peti kemas dalam prosen (%).

4)    Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang penulis gunakan adalah uji satu arah (one tail). Tahap-tahap sebagai berikut :
a)    Hipotesis Awal
Ho : P = 0, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y.
H1 : P > 0, artinya ada hubungan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y.
b)    Rumus uji korelasi

 



                       
c)    Bandingkan hasil observasi dengan tabel
tt = ttabel           = t (α ; df = n – 2)
α = 5%       
d)   Kesimpulan
Jika thitung < ttabel, maka Ho = ditolak, berarti hubungan tidak signifikan
Jika thitung > ttabel, dan H1 = diterima, berarti hubungan signifikan antara variabel X dan variabel Y.

D.      Hipotesis

Terdapat hubungan yang kuat atau signifikan antara kegiatan bongkar muat peti kemas dengan penanganan arus peti kemas pada kapal-kapal milik PT. Tempuran Emas Tbk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar